“Wahai, di manakah akan kutemukan hatiku?”

6 Apr

Image

Suatu ketika seorang murid Dzun Nun al-Mishry (seorang ahli ibadah) berjalan-jalan di jalanan. Dia terlihat sangat galau. Dia tampak begitu gelisah, seakan-akan dia sedang mencari sesuatu akan tetapi belum didapatkannya.
Apakah yang sedang dia cari?
Apa pula yang menyebabkannya begitu galau?
Sampai akhirnya dia terduduk, dia menggumam, “Wahai, di manakah akan kutemukan hatiku? Kemana hendak kucari hatiku?”
Ternyata, sahabat kita ini sedang mencari hati…
Hati? Mengapa pula hendak dicari? Apakah hatinya hilang? Lalu dimana juga dia akan menemukannya sedangkan tidak ada seorangpun yang menjual hati?
Tiba-tiba ada pemandangan yang tidak biasa…
Dari rumah papan tidak berapa jauh di depannya, terlihat seorang ibu tengah membuka pintu, dan mengusir anaknya yang masih belum genap sepuluh tahun keluar rumah.
Ibu itu berteriak, “Keluarlah engkau wahai anak durhaka! Enyahlah engkau dari rumah ini! Engkau telah durhaka kepada ibumu ini, engkau telah menyepelekan haknya…”
Halnya anak itu, dia menangis sejadi-jadinya… boleh jadi dia memang mendurhakai ibunya dengan perbuatan dan perkataannya, tetapi bagaimanapun dia tetap butuh ibunya…”Ibu..ibu maafkan aku…”
Akan tetapi sang ibu tetap bergeming, dia tetap tidak mau membukakan pintunya.
Hingga akhirnya anak itu berjalan kesana-kemari, tak tahu apa yang akan dia lakukan…
Adapun sahabat kita tadi tetap mengawasi dari tempatnya.
Akhirnya, sang anakpun pasrah, dia kembali ke depan pintu rumahnya, dia menangis, merengek, meminta maaf, seraya mengucapkan kata-kata penyesalan dan janji tidak akan mengulangi perbuatan durhakanya…
Sang ibu, sang ibu rupanya senantiasa mengintip dari balik rumahnya, hatinya bersedih, dia tidak tega… Siapakah ibu yang tega mengusir anaknya meskipun anak durhaka….
Akhirnya, pintu pun terbuka, sang ibu meraih anaknya tadi sambil menyeka air matanya, “Wahai anakku, marilah engkau pulang, marilah … engkau turuti perkataan ibumu ini, janganlah engkau ulangi perbuatanmu yang dulu. Ibu sudah maafkan semuanya. Berjanjilah untuk tidak kembali membantah ibumu ini…”
Sang anakpun merapatkan tubuhnya dalam pelukan ibunya, dia sudah menyesal, dia sudah berjanji tidak akan berbuat durhaka lagi kepada ibunya….
—-
Apa yang terjadi itu dilihat oleh sahabat kita ini tanpa ada satupun yang luput. Dia kemudian terhenyak, kemudian berkata, “Aku telah menemukan hatiku…, ya sekarang hatiku telah kutemukan!”
Seperti inilah rupanya hubungan kita sebagai hamba kepada Tuhan kita,
kita berbuat durhaka, kita berbuat tak layak dilakukan oleh hamba di hadapan Tuhannya, akan tetapi apakah ALlah akan mengusir kita?
Tidak, wahai saudaraku – semoga Allah mengampuni kita-,
Allah itu Maha Pengampun, Allah itu Maha Penyayang….
Ketika seseorang itu tersandung oleh kemaksiatan dan kedurhakaan, maka, lakukanlah sebagaimana sang anak tadi lakukan kepada ibunya, merengeklah merataplah dan memohon ampunlah seseorang yang berbuat maksiat itu kepada Tuhannya, Memohonlah, dan teruslah memohon hingga Dia bersedia membukakan pintu ampunan dan taubat untuknya….
Dan ketahuilah, semoga Allah memberi kasih sayangNya kepada kita, bahwasanya Allah itu lebih senang dengan taubatnya seorang hamba dari pada senangnya seorang pengembara yang kehilangan kendaraan dan perbekalannya kemudian kembali kepadanya dalam keadaan tidak kurang suatu apapun.
Dan Allah lebih penyayang dari pada seorang tawanan wanita yang kehilangan anaknya kemudian dia temukan lagi, maka dia langsung memberinya minum dan tidak akan mungkin melemparkannya ke dalam api….
Dan Allah …
Dan Allah …

Maka, wahai saudaraku -semoga Allah merahmati kita-,
ketika seorang itu telah mengetahui bahwasanya dia memiliki Allah, yang Maha Pengampun, Penyayang, dan Penerima Taubat, maka layakkah dia untuk berputus asa dari kasih sayang Tuhannya?
Tidak! Hendaklah dia bersegera menyambut kasih sayang dari Tuhannya itu dengan bertaubat, dengan menyesali perbuatannya dan berjanji tidak mengulanginya lagi, tentu dia akan temukan Allah Yang Maha Penyayang mengampuni kesalahan-kesalahannya dan menggantikannya dengan perbuatan yang baik….

Sumber: http://pnshafapublika.wordpress.com

One Response to ““Wahai, di manakah akan kutemukan hatiku?””

  1. nanifreawika March 16, 2014 at 3:58 pm #

    Reblogged this on Nani Frea Wika.

Leave a comment